Sejarah Negara Kamboja

Kamboja adalah sebuah negara kerajaan yang terletak di Asia Tenggara. Negara ini memiliki sejarah yang panjang dan kompleks, yang dipengaruhi oleh berbagai kekuatan politik, budaya, dan agama. Dalam artikel ini, kita akan membahas sejarah negara Kamboja dari zaman kuno hingga modern.

Zaman Kuno
Sejarah Kamboja bermula pada sekitar milenium ke-5 SM, ketika penduduk asli mulai bercocok tanam dan berdagang di sepanjang sungai Mekong. Pada abad ke-1 sampai ke-2 Masehi, muncul sebuah negara yang disebut Funan, yang berada di bagian paling selatan semenanjung Indochina. Funan dikenal sebagai budaya Hindu regional tertua, yang menjalin hubungan sosial-ekonomi dengan mitra-mitra dagang maritim Indosfer di bagian barat.

Pada abad ke-6, Funan digantikan oleh Chenla atau Zhenla dalam catatan-catatan Tiongkok, yang menguasai wilayah yang lebih besar dan memiliki lebih dari satu pusat kekuasaan. Chenla juga menganut agama Hindu, tetapi mulai dipengaruhi oleh agama Buddha dari India dan Sriwijaya. Chenla mengalami kemunduran pada abad ke-8 karena konflik internal dan serangan dari luar.

Pada awal abad ke-9, berdirilah Kekaisaran Khmer, yang merupakan puncak kejayaan sejarah Kamboja. Pendirinya, Jayawarman II, mengklaim pengesahan politik melalui upacara konsekrasi di Gunung Kulen pada 802 Masehi. Ia memperkenalkan konsep dewaraja atau raja sebagai manifestasi dewa di bumi. Kekaisaran Khmer mencapai luas wilayah terbesarnya pada abad ke-11 dan ke-12, meliputi sebagian besar Indochina dan Thailand.

Kekaisaran Khmer terkenal dengan prestasi-prestasinya dalam administrasi, pertanian, arsitektur, hidrologi, logistik, perencanaan tata kota dan seni rupa. Salah satu contohnya adalah Angkor Wat, candi Hindu terbesar di dunia yang dibangun oleh Suryawarman II pada abad ke-12. Angkor Wat kemudian menjadi simbol nasional Kamboja hingga kini.

Zaman Pertengahan
Kekaisaran Khmer mulai mengalami kemerosotan pada abad ke-13 dan ke-14 akibat perubahan iklim, konflik dinasti, pemberontakan rakyat, dan serangan dari kerajaan tetangga seperti Champa, Dai Viet, dan Ayutthaya. Pada abad ke-15, ibu kota Angkor ditinggalkan dan raja-raja Khmer memindahkan pusat pemerintahan mereka ke wilayah timur laut sungai Mekong.

Periode ini disebut sebagai Zaman Kegelapan Kamboja karena kurangnya sumber sejarah yang tersedia. Meskipun demikian, beberapa situs monumen di ibu kota lama masih menjadi pusat spiritual penting bagi rakyat Kamboja. Agama Buddha juga semakin menyebar dan menggantikan agama Hindu sebagai agama resmi kerajaan.

17 Masehi, Kamboja mengalami intervensi dari Perancis, yang mengklaim wilayahnya sebagai bagian dari Indochina Prancis. Perancis memaksakan perubahan politik, sosial, dan ekonomi di Kamboja, yang menimbulkan ketidakpuasan dan perlawanan dari rakyat dan raja-raja Kamboja. Pada tahun 1941, Perancis menobatkan Norodom Sihanouk sebagai raja Kamboja, yang kemudian menjadi tokoh sentral dalam sejarah modern Kamboja.

Pada tahun 1945, Jepang mengusir Perancis dari Indochina dan mendukung kemerdekaan Kamboja. Namun, setelah Jepang menyerah pada akhir Perang Dunia II, Perancis kembali menguasai Kamboja. Sihanouk memimpin perjuangan diplomatis untuk membebaskan Kamboja dari cengkeraman Perancis. Pada tahun 1953, Perancis mengakui kemerdekaan Kamboja sebagai kerajaan konstitusional dengan Sihanouk sebagai kepala negara.

Zaman Modern
Sejarah Kamboja pada zaman modern ditandai oleh berbagai konflik dan pergolakan politik. Pada tahun 1955, Sihanouk turun tahta dan membentuk partai politik sendiri untuk menghadapi pemilihan umum. Ia berhasil memenangkan pemilu dan menjadi perdana menteri Kamboja. Ia juga mengadopsi kebijakan netralitas dalam Perang Dingin dan menolak ikut campur dalam Perang Vietnam.

Pada tahun 1970, Sihanouk digulingkan oleh kudeta militer yang dipimpin oleh Jenderal Lon Nol, yang mendirikan Republik Khmer. Lon Nol bersekutu dengan Amerika Serikat dan melancarkan perang melawan komunis Vietnam Utara dan Viet Cong di perbatasan Kamboja. Hal ini menyebabkan intervensi militer Vietnam Utara di Kamboja dan meningkatnya dukungan rakyat terhadap gerakan pemberontak Khmer Merah, yang dipimpin oleh Pol Pot.

Pada tahun 1975, Khmer Merah berhasil mengalahkan Lon Nol dan mengambil alih kekuasaan di Kamboja. Mereka mendirikan Kampuchea Demokratik, sebuah rezim komunis radikal yang berusaha menciptakan masyarakat agraris murni. Rezim ini melakukan genosida terhadap sekitar dua juta orang Kamboja, yang dianggap sebagai musuh atau penghalang revolusi. Rezim ini juga terlibat dalam konflik perbatasan dengan Vietnam.

Pada tahun 1978, Vietnam menginvasi Kamboja dan menggulingkan Khmer Merah. Mereka mendirikan Republik Rakyat Kampuchea (RDK), sebuah negara boneka yang dipimpin oleh Heng Samrin dan Hun Sen. RDK mendapat dukungan dari Uni Soviet dan negara-negara Blok Timur, tetapi tidak diakui oleh sebagian besar dunia. Khmer Merah dan kelompok-kelompok anti-Vietnam lainnya terus berjuang melawan RDK dari basis-basis di perbatasan Thailand. Pada tahun 1989, Vietnam menarik pasukannya dari Kamboja sebagai bagian dari perjanjian damai internasional. RDK berganti nama menjadi Negara Kamboja (NK) dan mengadopsi sistem multipartai.

Sejarah Negara Sri Lanka

Sri Lanka adalah sebuah negara pulau yang terletak di Samudra Hindia, di sebelah tenggara India. Nama resmi negara ini adalah Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka. Sebelum tahun 1972, negara ini dikenal dengan nama Ceylon, yang merupakan nama kolonial yang diberikan oleh Inggris. Sri Lanka memiliki sejarah yang panjang dan kaya, yang dipengaruhi oleh berbagai budaya, agama, dan peradaban.

Prasejarah
Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa Sri Lanka telah dihuni oleh manusia sejak zaman prasejarah. Manusia pertama yang tinggal di pulau ini adalah Manusia Balangoda, yang merupakan kelompok pemburu-pengumpul yang hidup sekitar 34.000 tahun yang lalu. Mereka tinggal di gua-gua dan membuat alat-alat dari batu dan tulang. Beberapa gua yang menjadi tempat tinggal mereka antara lain Batadombalena, Gua Fa-Hien, dan Belilena.

Pada zaman batu muda, sekitar 10.000 tahun yang lalu, manusia mulai bercocok tanam dan beternak. Mereka juga mulai membuat tembikar dan perhiasan dari logam. Mereka mendirikan permukiman-permukiman permanen di sepanjang sungai-sungai dan danau-danau. Beberapa situs prasejarah yang penting antara lain Ibbankatuwa, Pomparippu, dan Dorawaka.

Periode Protohistoris
Periode protohistoris adalah periode transisi antara zaman prasejarah dan zaman sejarah. Periode ini dimulai sekitar abad ke-4 SM, berdasarkan kronik-kronik kuno seperti Mahawamsa, Dipawamsa, Silappadikaram, Manimekalai, dan Culawamsa. Kronik-kronik ini merupakan sumber utama informasi tentang sejarah awal Sri Lanka.

Menurut kronik-kronik tersebut, penduduk pertama yang datang dari India ke Sri Lanka adalah Pangeran Wijaya dan pengikutnya dari Kerajaan Sinhapura di India Utara. Mereka mendarat di pantai barat laut pulau pada tahun 543 SM dan mendirikan Kerajaan Tambapanni. Wijaya menikahi Putri Kuweni dari suku Vedda, yang merupakan penduduk asli pulau. Namun kemudian ia meninggalkannya dan menikahi Putri Panduwasdevi dari India.
Selain Wijaya dan pengikutnya, ada juga kelompok-kelompok lain yang datang dari India Selatan dan menetap di sepanjang pesisir pantai timur dan selatan pulau. Mereka berasal dari berbagai suku bangsa seperti Tamil, Malayali, Telugu, Kannada, dan lain-lain. Mereka membawa budaya, bahasa, agama, dan seni mereka ke Sri Lanka.

Periode Klasik
Periode klasik adalah periode keemasan sejarah Sri Lanka, yang berlangsung dari abad ke-3 SM hingga abad ke-13 M. Periode ini ditandai oleh perkembangan politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, dan seni yang pesat. Periode ini juga disebut sebagai periode Anuradhapura dan Polonnaruwa, sesuai dengan nama dua kerajaan utama yang berkuasa pada masa itu.

Pada abad ke-3 SM, agama Buddha diperkenalkan ke Sri Lanka

Periode Klasik
oleh Raja Vijayabahu I, yang mengalahkan Chola dan menyatukan kembali pulau ini. Ia memindahkan ibu kota dari Anuradhapura ke Polonnaruwa, yang lebih strategis dan mudah dipertahankan. Kerajaan Polonnaruwa mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Parakramabahu I, yang memperluas wilayahnya hingga ke India Selatan dan membangun banyak proyek irigasi, kuil, istana, dan monumen. Ia juga mengirimkan ekspedisi maritim ke Burma dan Thailand untuk menyebarkan agama Buddha.

Setelah kematian Parakramabahu I, Kerajaan Polonnaruwa mengalami kemunduran akibat perselisihan internal dan serangan dari India Selatan. Pada abad ke-13 M, kerajaan ini runtuh dan ibu kota dipindahkan ke beberapa tempat lain seperti Dambadeniya, Yapahuwa, Kurunegala, Gampola, Kotte, dan Kandy. Periode ini disebut sebagai periode transisi atau periode menengah.

Periode Kolonial
Periode kolonial adalah periode ketika Sri Lanka berada di bawah pengaruh dan kekuasaan bangsa-bangsa Eropa, terutama Portugis, Belanda, dan Inggris. Periode ini dimulai pada abad ke-16 M dan berakhir pada abad ke-20.

M.Portugis
Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang tiba di Sri Lanka pada tahun 1505. Mereka datang untuk mencari rempah-rempah dan perdagangan maritim. Mereka mendirikan benteng-benteng dan pos-pos dagang di sepanjang pesisir pantai barat dan selatan pulau. Mereka juga mencoba menguasai wilayah pedalaman dengan cara bersekutu atau berperang dengan raja-raja setempat. Mereka berhasil menguasai Kerajaan Kotte pada tahun 1597 dan Kerajaan Jaffna pada tahun 1619.

Portugis juga berusaha menyebarluaskan agama Katolik di Sri Lanka dengan cara menghancurkan kuil-kuil Buddha dan Hindu, membaptis penduduk setempat, dan melarang praktik-praktik agama lain. Banyak penduduk Sri Lanka yang menentang Portugis karena merasa terancam oleh budaya dan agama mereka. Salah satu kelompok yang paling gigih melawan Portugis adalah Kerajaan Kandy di pegunungan tengah pulau.

Belanda
Belanda adalah bangsa Eropa kedua yang datang ke Sri Lanka pada tahun 1602. Mereka datang sebagai pesaing Portugis dalam perdagangan rempah-rempah. Mereka bersekutu dengan Kerajaan Kandy untuk mengusir Portugis dari pulau ini. Mereka berhasil mengalahkan Portugis pada tahun 1658 dan mengambil alih semua wilayah mereka di Sri Lanka.

Belanda lebih tertarik pada perdagangan daripada penyebaran agama. Mereka memperkenalkan sistem monopoli dagang yang menguntungkan mereka tapi merugikan penduduk setempat. Mereka juga memperkenalkan sistem pajak tanah yang memberatkan petani. Mereka membangun banyak infrastruktur seperti jalan, jembatan, kanal, dan gudang untuk mendukung aktivitas perdagangan mereka.

Sejarah Negara Rusia

Rusia adalah negara terbesar di dunia yang memiliki sejarah panjang dan beragam. Sejarah Rusia dapat dibagi menjadi beberapa periode utama, yaitu

Periode Kuno: sejak abad ke-9 hingga abad ke-13 Masehi, ketika wilayah Rusia dikuasai oleh berbagai suku bangsa seperti Slavia Timur, Finno-Ugrik, Turkik, dan Viking. Periode ini mencakup pembentukan negara Rus Kiev yang merupakan cikal bakal Rusia modern.

Periode Mongol: sejak abad ke-13 hingga abad ke-15 Masehi, ketika wilayah Rusia dijajah oleh Kekaisaran Mongol yang dikenal sebagai Tatar-Mongol atau Horde Emas. Periode ini mencakup perlawanan dan pembebasan beberapa pangeran Rusia seperti Aleksandr Nevsky dan Ivan III.

Periode Tsar: sejak abad ke-16 hingga abad ke-18 Masehi, ketika wilayah Rusia diperintah oleh para tsar atau kaisar yang memperluas wilayah dan pengaruh Rusia di Eropa dan Asia. Periode ini mencakup masa pemerintahan Ivan IV yang dikenal sebagai Ivan yang Mengerikan, Peter I yang dikenal sebagai Peter Agung, dan Katarina II yang dikenal sebagai Katarina Agung.

Periode Kekaisaran: sejak abad ke-18 hingga awal abad ke-20 Masehi, ketika wilayah Rusia menjadi bagian dari Kekaisaran Rusia yang merupakan salah satu kekuatan besar di dunia. Periode ini mencakup masa pemerintahan Nikolai I, Aleksandr II, Aleksandr III, dan Nikolai II.

Periode Revolusi: sejak awal abad ke-20 hingga tahun 1922 Masehi, ketika wilayah Rusia mengalami revolusi sosial dan politik yang menggulingkan monarki dan membentuk Uni Soviet yang berideologi komunis. Periode ini mencakup Revolusi 1905, Revolusi Februari 1917, Revolusi Oktober 1917, Perang Saudara Rusia, dan Perang Dunia I.Periode Soviet: sejak tahun 1922 hingga tahun 1991 Masehi, ketika wilayah Rusia menjadi bagian dari Uni Soviet yang merupakan salah satu negara adidaya di dunia. Periode ini mencakup masa pemerintahan Vladimir Lenin, Josef Stalin, Nikita Khrushchev, Leonid Brezhnev, Mikhail Gorbachev, dan Boris Yeltsin.

Periode Modern: sejak tahun 1991 hingga sekarang, ketika wilayah Rusia menjadi negara merdeka yang bernama Federasi Rusia. Periode ini mencakup masa pemerintahan Boris Yeltsin, Vladimir Putin, Dmitri Medvedev, dan kembali Vladimir Putin.

Periode Kuno

Rus Kiev
Rus Kiev adalah negara pertama yang dibentuk oleh orang-orang Slavia Timur di wilayah Eropa Timur pada abad ke-9 Masehi. Nama Rus berasal dari kata Norse kuno “rods” yang berarti orang-orang yang mendayung perahu. Menurut sumber-sumber sejarah seperti Kronik Nestor dan Saga Inggris Raya, pendiri Rus Kiev adalah Rurik, seorang pemimpin Viking atau Varangian dari suku Rus’ yang berasal dari Skandinavia. Rurik menguasai kota Novgorod pada tahun 862 Masehi dan menunjuk dua saudaranya untuk menguasai kota-kota lainnya. Setelah kematian Rurik pada tahun 879 Masehi, putranya Oleg mewarisi tahtanya dan memperluas wilayah Rus Kiev dengan menaklukkan kota Kiev pada tahun 882

Rus Kiev
Rus Kiev adalah negara pertama yang dibentuk oleh orang-orang Slavia Timur di wilayah Eropa Timur pada abad ke-9 Masehi. Nama Rus berasal dari kata Norse kuno “rods” yang berarti orang-orang yang mendayung perahu. Menurut sumber-sumber sejarah seperti Kronik Nestor dan Saga Inggris Raya, pendiri Rus Kiev adalah Rurik, seorang pemimpin Viking atau Varangian dari suku Rus’ yang berasal dari Skandinavia. Rurik menguasai kota Novgorod pada tahun 862 Masehi dan menunjuk dua saudaranya untuk menguasai kota-kota lainnya. Setelah kematian Rurik pada tahun 879 Masehi, putranya Oleg mewarisi tahtanya dan memperluas wilayah Rus Kiev dengan menaklukkan kota Kiev pada tahun 882 Masehi.

Oleg menjadikan Kiev sebagai ibu kota Rus Kiev dan menjalin hubungan dagang dengan Kekaisaran Bizantium. Pada tahun 907 dan 911 Masehi, Oleg memimpin ekspedisi militer ke Konstantinopel dan menandatangani perjanjian perdamaian dan perdagangan dengan Bizantium. Perjanjian ini memberikan hak istimewa bagi pedagang Rus untuk berdagang di wilayah Bizantium tanpa membayar pajak. Perjanjian ini juga mengatur masalah agama, budaya, dan diplomatik antara kedua negara.

Setelah kematian Oleg pada tahun 912 Masehi, putranya Igor mewarisi tahtanya dan melanjutkan hubungan baik dengan Bizantium. Namun, Igor juga menghadapi pemberontakan dari suku-suku bangsa yang takluk kepada Rus Kiev, seperti Drevlyane, Radimichi, dan Khazar. Igor berhasil menumpas pemberontakan tersebut, tetapi tewas dibunuh oleh Drevlyane pada tahun 945 Masehi saat mencoba menagih upeti dari mereka.
Istri Igor, Olga, menggantikannya sebagai penguasa Rus Kiev dan membalas dendam kepada Drevlyane dengan cara yang kejam. Olga juga melakukan reformasi administrasi dan hukum di Rus Kiev dan menerima agama Kristen pada tahun 957 Masehi. Olga menjadi orang pertama dari dinasti Rurik yang menjadi Kristen dan mendapat gelar santa dari Gereja Ortodoks Timur.

Putra Olga, Svyatoslav I, mewarisi tahtanya pada tahun 962 Masehi dan menjadi penguasa Rus Kiev yang paling ekspansif dan militan. Svyatoslav I menaklukkan berbagai wilayah di Eropa Timur dan Asia Tengah, seperti Bulgaria, Khazaria, Volga Bulgaria, Alania, dan Kekhanan Pecheneg. Svyatoslav I juga berperang melawan Bizantium, tetapi akhirnya dikalahkan oleh kaisar Yohanes I Tzimiskes pada tahun 971 Masehi. Svyatoslav I tewas dalam perjalanan pulang ke Kiev pada tahun 972 Masehi saat diserang oleh Pecheneg.

Yaroslav yang Bijaksana
Salah satu penguasa Rus Kiev yang paling terkenal adalah Yaroslav I yang dikenal sebagai Yaroslav yang Bijaksana. Yaroslav I adalah putra dari Vladimir I yang dikenal sebagai Vladimir yang Agung. Vladimir I adalah putra dari Svyatoslav I yang berhasil menyatukan kembali Rus Kiev setelah masa perpecahan akibat perselisihan antara putra-putra Svyatoslav I. Vladimir I juga memperkenalkan agama Kristen Ortodoks sebagai agama resmi Rus Kiev pada tahun 988 Masehi setelah menikahi Anna, adinda kaisar Bizantium Basileios II.

Sejarah Negara Arab

Sejarah Arab Dari Zaman Kuno Hingga Modern
Arab adalah sebuah wilayah yang terletak di Asia Barat Daya dan Afrika Utara. Wilayah ini mencakup Semenanjung Arab dan sebagian Mesir, Sudan, Irak, Suriah, Lebanon, Palestina, Yordania dan negara-negara Teluk Persia. Arab memiliki sejarah yang panjang dan kaya yang dipengaruhi oleh berbagai peradaban, agama dan budaya.

Zaman Kuno
Zaman kuno Arab dimulai sejak zaman prasejarah hingga abad ke-6 M. Pada masa ini, Arab dihuni oleh berbagai suku dan bangsa yang berbeda-beda, seperti Sumeria, Asiria, Babilonia, Mesir, Fenisia, Nabatea, Himyar, Saba dan lain-lain. Mereka memiliki kebudayaan dan bahasa sendiri-sendiri, serta berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain di sekitar mereka.

Sumeria dan Asiria
Sumeria dan Asiria adalah dua peradaban tertua di dunia yang berkembang di daerah yang sekarang disebut Irak. Sumeria muncul sekitar tahun 4000 SM dan menciptakan sistem penulisan cuneiform pertama di dunia. Asiria muncul sekitar tahun 2500 SM dan menjadi salah satu kerajaan militer terkuat di Timur Dekat. Kedua peradaban ini memiliki pengaruh besar terhadap budaya dan bahasa Arab.
Contoh pengaruh Sumeria dan Asiria
Banyak kata-kata Arab yang berasal dari bahasa Sumeria dan Akkadia (bahasa Asiria), seperti ab (ayah), umm (ibu), kitab (buku), malik (raja), qalam (pena) dan lain-lain.
Banyak nama-nama tempat Arab yang berasal dari bahasa Sumeria dan Akkadia, seperti Uruk (Irak), Babil (Babel), Ninawa (Ninive), Ur (Urfa) dan lain-lain.
Banyak konsep-konsep matematika, astronomi, kedokteran, hukum dan sastra Arab yang berasal dari ilmu pengetahuan Sumeria dan Asiria.

Mesir
Mesir adalah peradaban kuno yang berkembang di sepanjang Sungai Nil di Afrika Utara. Mesir muncul sekitar tahun 3100 SM dan menciptakan sistem penulisan hieroglif pertama di dunia. Mesir juga dikenal dengan piramida-piramidanya yang megah sebagai makam para firaun. Mesir memiliki hubungan dekat dengan Arab melalui perdagangan, perang dan perkawinan.
Contoh pengaruh Mesir
Banyak kata-kata Arab yang berasal dari bahasa Mesir Kuno, seperti ankh (kehidupan), ba (jiwa), ka (roh), sah (mumi) dan lain-lain.
Banyak nama-nama tempat Arab yang berasal dari bahasa Mesir Kuno, seperti Misr (Mesir), Qahira (Kairo), Aswan (Aswan) dan lain-lain.
Banyak konsep-konsep agama, seni, arsitektur dan mitologi Arab yang berasal dari kebudayaan Mesir.

Fenisia
Fenisia adalah sebuah peradaban kuno yang berkembang di daerah yang sekarang disebut Lebanon. Fenisia muncul sekitar tahun 1500 SM dan dikenal sebagai pelaut dan pedagang ulung. Fenisia juga menciptakan sistem penulisan alfabet pertama di dunia yang kemudian menjadi dasar bagi penulisan Yunani, Latin dan Arab. Fenisia memiliki hubungan erat dengan Arab melalui perdagangan, kolonisasi dan budaya.

Contoh pengaruh Fenisia
Banyak kata-kata Arab yang berasal dari bahasa Fenisia, seperti adon (tuan), baal (tuhan), karmel (kebun anggur), zaitun (zaitun) dan lain-lain.

Banyak nama-nama tempat Arab yang berasal dari bahasa Fenisia, seperti Sur (Tirus), Sidon (Sidon), Byblos (Jbeil) dan lain-lain.

Banyak konsep-konsep perdagangan, navigasi, sastra dan seni Arab yang berasal dari kebudayaan Fenisia.</li>
Nabatea
Nabatea adalah sebuah kerajaan kuno yang berkembang di daerah yang sekarang disebut Yordania, Palestina dan Arab Saudi. Nabatea muncul sekitar tahun 400 SM dan dikenal sebagai pembangun kota Petra yang indah. Nabatea juga dikenal sebagai penghubung antara Timur dan Barat melalui Jalur Sutra. Nabatea memiliki pengaruh besar terhadap bahasa, agama dan arsitektur Arab.

Contoh pengaruh Nabatea
Bahasa Nabatea adalah salah satu bentuk awal dari bahasa Arab yang ditulis dengan menggunakan alfabet Aram.>Agama Nabatea adalah salah satu bentuk awal dari agama monoteis yang menyembah Allah sebagai Tuhan tertinggi.

Arsitektur Nabatea adalah salah satu bentuk awal dari arsitektur Islam yang menggunakan unsur-unsur geometris, kaligrafi dan floral.

Himyar dan Saba
Himyar dan Saba adalah dua kerajaan kuno yang berkembang di daerah yang sekarang disebut Yaman. Himyar muncul sekitar tahun 110 SM dan dikenal sebagai kerajaan Yahudi terakhir di Arab. Saba muncul sekitar tahun 1000 SM dan dikenal sebagai kerajaan Ratu Balqis atau Ratu Saba yang terkenal dalam Al-Quran. Himyar dan Saba memiliki peran penting dalam sejarah, politik dan budaya Arab.

Bahasa Himyar dan Saba adalah salah satu bentuk awal dari bahasa Arab yang ditulis dengan menggunakan alfabet Musnad.

Politik Himyar dan Saba adalah salah satu bentuk awal dari politik Islam yang menggunakan sistem monarki, federalisme dan konstitusi.

Budaya Himyar dan Saba adalah salah satu bentuk awal dari budaya Arab yang mencakup unsur-unsur sastra, seni, musik dan kuliner.

Zaman Modern
Zaman modern Arab dimulai sejak abad ke-7 M hingga sekarang. Pada masa ini, Arab mengalami berbagai perubahan besar yang dipengaruhi oleh Islam, kolonialisme, nasionalisme dan globalisasi. Masa ini juga ditandai dengan kemunculan berbagai negara-negara Arab modern yang memiliki identitas sendiri-sendiri.

Islam
Islam adalah agama monoteis yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW pada tahun 610 M di Mekkah. Islam mengajarkan tentang tauhid (kesatuan Allah), risalah (kenabian Muhammad.

Sejarah Negara Vietnam

Vietnam adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki sejarah panjang dan beragam. Negara ini pernah mengalami berbagai peristiwa penting, seperti penjajahan oleh Tiongkok, Perancis, dan Jepang, perang saudara antara Vietnam Utara dan Selatan, perang melawan Amerika Serikat, dan proses reunifikasi dan pembangunan kembali. Artikel ini akan membahas sejarah Vietnam dari zaman kuno hingga modern dengan menggunakan sumber-sumber terpercaya.

Zaman Kuno Sebelum Abad ke-10 Masehi
Sejarah Vietnam berawal pada 4000 tahun yang lalu. Menurut legenda, nenek moyang bangsa Vietnam adalah Lạc Long Quân, seorang raja naga, dan Âu Cơ, seorang peri gunung. Mereka memiliki 100 anak yang kemudian terbagi menjadi dua kelompok: 50 anak mengikuti ayah mereka ke laut dan menjadi bangsa Lạc Việt, sedangkan 50 anak lainnya mengikuti ibu mereka ke pegunungan dan menjadi bangsa Âu Việt. Kedua bangsa ini kemudian bersatu dan membentuk bangsa Văn Lang.
Bangsa Văn Lang memiliki sistem pemerintahan monarki yang dipimpin oleh raja-raja dari dinasti Hồng Bàng. Mereka hidup di wilayah delta Sungai Merah dan bercocok tanam padi sawah. Mereka juga mengembangkan budaya dan seni yang khas, seperti keramik Đông Sơn dan gong perunggu.

Pada abad ke-3 SM, bangsa Văn Lang ditaklukkan oleh bangsa Thục yang dipimpin oleh An Dương Vương. Bangsa Thục mendirikan kerajaan Âu Lạc yang berpusat di kota Cổ Loa. An Dương Vương membangun tembok besar untuk melindungi kerajaannya dari serangan musuh. Namun, pada tahun 179 SM, kerajaan Âu Lạc jatuh ke tangan bangsa Trieu yang berasal dari Tiongkok selatan. Bangsa Trieu mendirikan kerajaan Nam Việt yang meliputi wilayah Vietnam utara dan sebagian Tiongkok selatan.

Pada tahun 111 SM, kerajaan Nam Việt ditaklukkan oleh Dinasti Han dari Tiongkok. Wilayah Vietnam utara menjadi bagian dari kekaisaran Tiongkok dan dikenal sebagai Giao Chỉ (Jiaozhi). Selama lebih dari 1000 tahun, wilayah ini mengalami berbagai pergantian dinasti Tiongkok, seperti Han, Sui, Tang, Song, Yuan, Ming, dan Qing. Selama masa penjajahan ini, bangsa Vietnam terpengaruh oleh budaya, bahasa, agama, hukum, dan pemerintahan Tiongkok. Namun, mereka juga tetap mempertahankan identitas dan tradisi mereka sendiri.

Bangsa Vietnam juga sering melakukan pemberontakan melawan penjajah Tiongkok. Beberapa pemberontakan yang terkenal adalah pemberontakan Trưng Nữ Vương pada tahun 40-43 Masehi, pemberontakan Lý Bí pada tahun 542-602 Masehi, pemberontakan Mai Thúc Loan pada tahun 722-723 Masehi, dan pemberontakan Ngô Quyền pada tahun 938-939 Masehi.

Zaman Klasik Abad ke-10 Hingga ke-18 Masehi
Pada tahun 939 Masehi, Ngô Quyền berhasil mengalahkan militer Tiongkok di Sungai Bach Dang dan mendapatkan kemerdekaan setelah 10 abad di bawah kontrol Tiongkok. Mereka mendapatkan otonomi secara lengkap satu abad kemudian. Pada masa pemerintahan Dinasti Tran, Dai Viet mengalahkan tiga usaha invasi Mongol di bawah Dinasti Yuan.

Tiga kali dengan pasukan yang sangat besar juga dengan persipan yang hati-hati untuk serangan mereka, tetapi tiga kali berturut-turut orang-orang Mongol dikalahkan sama sekali oleh Dai Viet. Secara kebetulan, pertempuran terakhir dimana jendral Vietnam Tran Hung Dao mengalahkan kebanyakan militer Mongol diadakan lagi di Sungai Bach Dang seperti nenek moyangnya kurang lebih 300 tahun yang lalu. Feudalisme di Vietnam mencapai titik puncaknya saat Dinasti Le pada abad ke 15, khususnya selama masa pemerintahan Kaisar Le Thanh Tong.

Pada abad ke-16, Vietnam terpecah menjadi dua negara bersaing: Đại Việt (Vietnam Utara) yang dikuasai oleh keluarga Trịnh dan Đàng Trong (Vietnam Selatan) yang dikuasai oleh keluarga Nguyễn. Kedua negara ini terlibat dalam perang saudara yang berkepanjangan yang disebut Perang Trịnh-Nguyễn. Pada masa ini, Vietnam juga menghadapi ancaman dari luar, seperti serangan bajak laut Jepang dan Makau, ekspansi Siam di barat daya, dan imperialisme Eropa di timur. Pada tahun 1858, Perancis memulai perang kolonial di Indocina dan berhasil menaklukkan Vietnam Selatan pada tahun 1862. Pada tahun 1883, Perancis juga menaklukkan Vietnam Utara dan membentuk protektorat Tonkin dan Annam. Vietnam menjadi bagian dari Indocina Prancis bersama dengan Laos dan Kamboja.Zaman Modern: Abad ke-19 Hingga Sekarang.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
Gerakan nasionalis Vietnam mulai muncul untuk menentang penjajahan Prancis. Salah satu tokoh penting dalam gerakan ini adalah Phan Bội Châu yang mendirikan Asosiasi Pemuda Revolusioner Vietnam pada tahun 1903. Gerakan ini mendapat dukungan dari Jepang yang saat itu sedang berperang melawan Rusia. Namun, setelah Perjanjian Portsmouth pada tahun 1905, Jepang mengkhianati gerakan ini dan menyerahkan Phan Bội Châu kepada Prancis pada tahun 1914.

Pada tahun 1930, Ho Chi Minh mendirikan Partai Komunis Indocina yang kemudian berganti nama menjadi Partai Pekerja Vietnam pada tahun 1951. Partai ini berjuang untuk kemerdekaan Vietnam dari Prancis dan Jepang yang menduduki Indocina selama Perang Dunia II. Pada tanggal 2 September 1945, Ho Chi Minh memproklamasikan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara) di Hanoi. Namun, Prancis tidak mengakui kemerdekaan ini dan melanjutkan perang kolonialnya hingga tahun 1954.

Pada tanggal 7 Mei 1954, pasukan Prancis mengalami kekalahan telak di Pertempuran Điện Biên Phủ oleh pasukan Viet Minh yang dipimpin.

Sejarah Negara Malaysia

Malaysia adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang terdiri dari 13 negeri dan tiga wilayah persekutuan. Malaysia memiliki luas wilayah sekitar 330.000 km2 dan berpenduduk sekitar 32 juta jiwa. Malaysia memiliki sejarah yang panjang dan beragam, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti geografi, budaya, agama, politik, dan ekonomi.

Asal Usul Nama Malaysia
Nama Malaysia berasal dari kata Melayu, yang merupakan nama suku bangsa yang mendiami Semenanjung Malaya sejak zaman prasejarah. Kata Melayu sendiri berasal dari kata Sanskerta mala, yang berarti pegunungan atau rantai gunung. Hal ini mungkin mengacu pada pegunungan Bukit Barisan di Sumatera, yang merupakan tempat asal suku Melayu.

Nama Malaysia pertama kali digunakan oleh seorang ahli geografi Inggris bernama George Samuel Windsor Earl pada tahun 1831 dalam bukunya The Eastern Seas. Earl mengusulkan nama Malaysia untuk menyebut wilayah yang meliputi Semenanjung Malaya, Singapura, Sumatera, dan pulau-pulau di sekitarnya. Namun, nama ini tidak begitu populer hingga tahun 1963, ketika Federasi Malaya bergabung dengan Singapura, Sabah, dan Sarawak untuk membentuk negara baru yang bernama Malaysia.

Sejarah Pra-Kolonial
Sejarah Malaysia sebelum kedatangan bangsa Eropa dapat dibagi menjadi beberapa periode, yaitu
Periode Prasejarah: Periode ini mencakup zaman Paleolitikum (sekitar 40.000 SM hingga 10.000 SM), zaman Mesolitikum (sekitar 10.000 SM hingga 5.000 SM), zaman Neolitikum (sekitar 5.000 SM hingga 500 SM), dan zaman Logam (sekitar 500 SM hingga 200 M). Pada periode ini, penduduk asli Malaysia hidup sebagai pemburu-pengumpul dan petani sederhana. Mereka juga mulai berdagang dengan bangsa-bangsa lain di Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Periode Hindu-Buddha
Periode ini mencakup zaman Klasik (sekitar 200 M hingga 1400 M) dan zaman Transisi (sekitar 1400 M hingga 1500 M). Pada periode ini, pengaruh agama Hindu dan Buddha mulai masuk ke Malaysia melalui perdagangan dan penyebaran budaya dari India. Beberapa kerajaan besar yang berdiri pada periode ini antara lain Kerajaan Langkasuka (abad ke-2 hingga ke-14), Kerajaan Srivijaya (abad ke-7 hingga ke-13), Kerajaan Majapahit (abad ke-13 hingga ke-15), Kerajaan Kedah (abad ke-4 hingga ke-18), Kerajaan Malaka (abad ke-15 hingga ke-16), dan Kerajaan Aceh (abad ke-16 hingga ke-19).

Periode Islam
Periode ini mencakup zaman Awal (sekitar 1500 M hingga 1700 M) dan zaman Akhir (sekitar 1700 M hingga 1800 M). Pada periode ini, agama Islam mulai berkembang di Malaysia melalui perdagangan dan dakwah dari pedagang-pedagang Muslim dari Timur Tengah, India, dan Indonesia. Beberapa kerajaan Islam yang berdiri pada periode ini antara lain Kesultanan Malaka (abad ke-15 hingga ke-16), Kesultanan Johor (abad ke-16 hingga ke-19), Kesultanan Brunei (abad ke-15 hingga sekarang), Kesultanan Kedah

Sejarah Pra-Kolonial
abad ke-17 hingga sekarang), Kesultanan Perak (abad ke-16 hingga sekarang), Kesultanan Selangor (abad ke-18 hingga sekarang), dan Kesultanan Terengganu (abad ke-18 hingga sekarang).

Sejarah Kolonial
Sejarah Malaysia pada masa penjajahan bangsa Eropa dapat dibagi menjadi beberapa periode, yaitu:</p>
Periode Portugis: Periode ini berlangsung dari tahun 1511 hingga 1641. Pada periode ini, Portugis berhasil menaklukkan Kerajaan Malaka dan menjadikannya sebagai basis perdagangan mereka di Asia Tenggara. Portugis juga berusaha menguasai wilayah-wilayah lain di Malaysia, tetapi mendapat perlawanan dari kerajaan-kerajaan Islam dan penduduk asli.

Periode Belanda
Periode ini berlangsung dari tahun 1641 hingga 1824. Pada periode ini, Belanda menggantikan Portugis sebagai penguasa Malaka dan memperluas pengaruh mereka di Malaysia. Belanda juga bersaing dengan Inggris dan Perancis dalam memperebutkan kekuasaan dan perdagangan di Asia Tenggara.

Periode Inggris
Periode ini berlangsung dari tahun 1824 hingga 1942. Pada periode ini, Inggris mendominasi Malaysia melalui perjanjian-perjanjian dengan Belanda dan kerajaan-kerajaan Melayu. Inggris membentuk Negeri-Negeri Selat (Malaka, Singapura, dan Pulau Pinang) sebagai koloni langsung mereka, dan Negeri-Negeri Melayu Bersekutu (Perak, Selangor, Negeri Sembilan, dan Pahang) serta Negeri-Negeri Melayu Tidak Bersekutu (Kedah, Perlis, Kelantan, Terengganu, Johor, dan Sarawak) sebagai protektorat mereka. Inggris juga mengambil alih Sabah dari Kesultanan Brunei dan Sulu. Inggris memperkenalkan sistem ekonomi kapitalis, sistem pendidikan Barat, sistem administrasi sipil, sistem hukum Inggris, dan sistem politik perwakilan di Malaysia.

Periode Jepang
Periode ini berlangsung dari tahun 1942 hingga 1945. Pada periode ini, Jepang berhasil mengalahkan Inggris dan menguasai seluruh Malaysia selama Perang Dunia II. Jepang menjalankan kebijakan-kebijakan yang keras dan represif terhadap penduduk Malaysia, seperti kerja paksa, pengambilan sumber daya alam, pengawasan ketat, penyensoran media, penindasan budaya, dan pembantaian massal.

Periode Pasca-Jepang
Periode ini berlangsung dari tahun 1945 hingga 1957. Pada periode ini, Inggris kembali mengambil alih Malaysia setelah Jepang menyerah pada Sekutu. Namun, penduduk Malaysia mulai menuntut kemerdekaan dari Inggris melalui gerakan-gerakan nasionalis dan komunis. Beberapa peristiwa penting pada periode ini antara lain Pembunuhan Raja-Raja Melayu (1946), Pemogokan Umum (1947), Perang Saudara Malaya (1948-1960), Konferensi Baling (1955), Pemilihan Umum Pertama (1955), dan Perjanjian Merdeka (1957).

Sejarah Negara China

China adalah salah satu peradaban tertua di dunia, yang memiliki sejarah yang panjang dan kaya. China telah mengalami berbagai dinasti, revolusi, reformasi, dan transformasi sepanjang sejarahnya. China juga memiliki pengaruh besar terhadap budaya, politik, ekonomi, dan ilmu pengetahuan di Asia dan dunia.

Dinasti-dinasti China
China pertama kali bersatu di bawah Dinasti Qin pada abad ke-3 SM, yang didirikan oleh Kaisar Qin Shi Huang. Ia terkenal karena membangun Tembok Besar China dan Tentara Terakota untuk melindungi makamnya. Dinasti Qin runtuh setelah kematian Qin Shi Huang dan digantikan oleh Dinasti Han, yang berlangsung selama lebih dari 400 tahun. Dinasti Han mencapai kemajuan besar dalam bidang sastra, seni, teknologi, dan perdagangan. Dinasti Han juga memperluas wilayah China ke barat dan membuka Jalur Sutra, sebuah jaringan rute perdagangan antara China dan Eropa.

Setelah runtuhnya Dinasti Han pada abad ke-3 M, China terpecah menjadi Tiga Kerajaan yang saling bertempur: Wei, Shu, dan Wu. Periode ini dianggap sebagai salah satu masa paling heroik dan romantis dalam sejarah China, yang menjadi sumber inspirasi bagi banyak karya sastra dan seni. Periode Tiga Kerajaan berakhir pada abad ke-3 M dengan penyatuan kembali China di bawah Dinasti Jin.

Dinasti Jin kemudian terbagi menjadi dua: Jin Barat dan Jin Timur. Pada saat yang sama, China menghadapi invasi dari suku-suku nomaden dari utara, seperti Xianbei, Xiongnu, dan Rouran. Beberapa dari suku-suku ini mendirikan kerajaan sendiri di wilayah China utara, seperti Wei Utara, Wei Timur, Qi Utara, Zhou Utara, dan Qi Selatan. Periode ini dikenal sebagai Zaman Enam Belas Kerajaan atau Zaman Lima Barbar.

Pada abad ke-6 M, China kembali bersatu di bawah Dinasti Sui, yang didirikan oleh Kaisar Wen dari Sui. Ia memulihkan ketertiban dan kemakmuran di China dan memulai proyek besar seperti pembangunan Terusan Besar China dan rekonstruksi ibu kota Chang’an. Namun, Dinasti Sui juga mengalami pemberontakan dan perang yang menguras sumber daya dan akhirnya runtuh setelah hanya 37 tahun berkuasa.

Dinasti Tang dan Song
Dinasti Sui digantikan oleh Dinasti Tang, yang berlangsung selama lebih dari 300 tahun dari abad ke-7 hingga ke-10 M. Dinasti Tang dianggap sebagai salah satu dinasti paling makmur dan berbudaya dalam sejarah China. Dinasti Tang mencapai puncak kekuasaan dan pengaruhnya di bawah Kaisar Taizong dan Kaisar Xuanzong, yang memperluas wilayah China ke Asia Tengah dan mengalahkan banyak musuh seperti Göktürk, Tibet, dan Korea.

Dinasti Tang juga mengalami kemajuan besar dalam bidang sastra, seni, musik, agama, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Beberapa tokoh terkenal dari periode ini adalah penyair Li Bai dan Du Fu, pelukis Wu Daozi dan Zhang Xuan, cendekiawan Zhang Zai dan Han Yu, serta biksu Xuanzang dan Yijing.
Dinasti Tang mengalami kemunduran pada abad ke-9 M karena korupsi, pemberontakan petani (terutama Pemberontakan An Lushan), intrik istana (terutama Peristiwa Gerbang Xuanwu), serta

serangan dari suku-suku nomaden dari utara. Dinasti Tang akhirnya runtuh pada tahun 907 M dan digantikan oleh periode Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan, yang ditandai oleh perpecahan dan perang saudara di China.</p>
Pada abad ke-10 M, China kembali bersatu di bawah Dinasti Song, yang berlangsung selama lebih dari 300 tahun dari abad ke-10 hingga ke-13 M. Dinasti Song dianggap sebagai salah satu dinasti paling inovatif dan maju dalam sejarah China. Dinasti Song menciptakan sistem pemerintahan sipil yang efisien dan meritokratis, yang menghasilkan banyak pejabat dan cendekiawan terampil.

Dinasti Song juga mengalami kemajuan besar dalam bidang ekonomi, perdagangan, pertanian, industri, militer, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Beberapa penemuan penting dari periode ini adalah kertas uang, kompas, bubuk mesiu, percetakan bergerak, dan jam astronomi. Beberapa tokoh terkenal dari periode ini adalah penyair Su Shi dan Li Qingzhao, pelukis Fan Kuan dan Ma Yuan, cendekiawan Shen Kuo dan Zhu Xi, serta ilmuwan Zhang Heng dan Shen Kuo.

Dinasti Song menghadapi ancaman dari suku-suku nomaden dari utara, seperti Khitan, Jurchen, dan Mongol. Pada tahun 1127 M, Jurchen menaklukkan China utara dan mendirikan Dinasti Jin. Dinasti Song terpaksa mundur ke China selatan dan mendirikan ibu kota baru di Lin’an (sekarang Hangzhou). Periode ini dikenal sebagai Song Selatan. Meskipun kehilangan sebagian besar wilayahnya, Song Selatan tetap makmur dan berbudaya. Namun, pada tahun 1279 M, Mongol berhasil menaklukkan Song Selatan dan mengakhiri dinasti tersebut.

Dinasti Yuan dan Ming
Dinasti Yuan adalah dinasti pertama yang didirikan oleh orang asing di China. Dinasti Yuan didirikan oleh Kubilai Khan, cucu dari Jenghis Khan, yang menyatukan seluruh China di bawah kekuasaannya pada tahun 1271 M. Dinasti Yuan mempertahankan banyak tradisi dan lembaga China, tetapi juga memperkenalkan unsur-unsur budaya Mongol dan Islam. Dinasti Yuan juga memperluas wilayah China ke Asia Tenggara dan Asia Barat.

Dinasti Yuan juga membuka China untuk kontak dengan dunia luar, terutama dengan Eropa melalui Jalur Sutra. Beberapa tokoh terkenal dari periode ini adalah Marco Polo, seorang pedagang dan penjelajah Italia yang mengunjungi China selama 17 tahun; Rabban Bar Sauma, seorang biksu Nestorian yang melakukan perjalanan dari Beijing ke Eropa; Guo Shoujing, seorang astronom dan insinyur yang merancang kalender baru; serta Zhao Mengfu

Sejarah Negara Thailand

Thailand adalah negara di Asia Tenggara yang memiliki sejarah panjang dan kaya. Thailand dikenal sebagai negeri senyum karena keramahan dan budaya masyarakatnya. Thailand juga memiliki warisan budaya yang beragam, mulai dari seni, arsitektur, agama, bahasa, hingga kuliner. Berikut adalah sejarah singkat Thailand dari masa prasejarah hingga masa kini.

Masa Prasejarah
Sejarah Thailand dimulai dari masa prasejarah, ketika wilayahnya dihuni oleh manusia purba. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa manusia purba telah tinggal di Thailand sejak 40.000 tahun yang lalu. Salah satu situs prasejarah yang terkenal adalah Ban Chiang di provinsi Udon Thani, yang merupakan salah satu situs peradaban perunggu tertua di dunia. Di situs ini ditemukan artefak seperti tembikar, perhiasan, alat-alat pertanian, dan senjata yang berasal dari 3000 SM hingga 200 SM.

Masa Kerajaan
Sejarah Thailand juga ditandai oleh berdirinya dan runtuhnya berbagai kerajaan yang menguasai wilayahnya. Salah satu kerajaan tertua yang ada di Thailand adalah Kerajaan Funan, yang berpusat di Kamboja dan meluas hingga ke Thailand bagian selatan pada abad ke-1 M. Kerajaan Funan berbudaya Hindu-Buddha dan berdagang dengan India dan China. Kerajaan Funan runtuh pada abad ke-6 M akibat serangan dari Kerajaan Chenla.

Kerajaan Chenla kemudian terpecah menjadi dua bagian, yaitu Chenla Darat dan Chenla Laut. Chenla Laut menguasai wilayah Thailand bagian selatan hingga abad ke-8 M, ketika digantikan oleh Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim yang berpusat di Sumatera dan menguasai jalur perdagangan Selat Malaka dan Selat Sunda. Kerajaan Sriwijaya juga berbudaya Hindu-Buddha dan mempengaruhi perkembangan agama dan seni di Thailand.

Kerajaan Sriwijaya melemah pada abad ke-11 M akibat serangan dari Kerajaan Chola dari India Selatan. Pada saat yang sama, muncul kerajaan-kerajaan baru di Thailand bagian utara dan tengah, yaitu Kerajaan Dvaravati, Kerajaan Hariphunchai, dan Kerajaan Lavo. Ketiga kerajaan ini berbudaya Mon dan beragama Buddha Theravada. Mereka juga berhubungan dengan kerajaan-kerajaan di Burma (Myanmar) dan Khmer (Kamboja).

Pada abad ke-13 M, muncul kerajaan-kerajaan Tai yang berasal dari daerah Yunnan di China Selatan. Mereka bermigrasi ke selatan akibat tekanan dari bangsa Mongol. Salah satu kerajaan Tai yang terkenal adalah Kerajaan Sukhothai, yang didirikan oleh Raja Ramkhamhaeng pada tahun 1238 M. Kerajaan Sukhothai mengembangkan sistem pemerintahan, tulisan, hukum, seni, dan arsitektur yang menjadi ciri khas Thailand. Kerajaan Sukhothai juga memperluas wilayahnya hingga ke Laos, Kamboja, Malaysia, dan Burma.

Kerajaan Sukhothai melemah pada abad ke-14 M akibat persaingan dengan Kerajaan Ayutthaya, yang didirikan oleh Raja U Thong pada tahun 1350 M. Kerajaan Ayutthaya menjadi kerajaan terkuat dan terbesar di Thailand selama lebih dari 400 tahun.

Kerajaan Ayutthaya
Kerajaan Ayutthaya mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16 dan ke-17 M, ketika berdagang dengan berbagai negara di Asia dan Eropa. Kerajaan Ayutthaya juga berperang dengan kerajaan-kerajaan tetangganya, terutama Burma dan Khmer. Kerajaan Ayutthaya memiliki sistem pemerintahan yang terpusat dan birokratis, dengan raja sebagai pemimpin tertinggi. Kerajaan Ayutthaya juga mengembangkan budaya yang kaya, termasuk sastra, musik, tari, seni rupa, dan arsitektur.

Kerajaan Ayutthaya runtuh pada tahun 1767 M akibat serangan dari Burma. Kota Ayutthaya yang merupakan ibu kota kerajaan hancur dan banyak penduduknya dibunuh atau dijadikan budak. Sebagian besar warisan budaya kerajaan juga hilang atau rusak. Hanya sedikit yang tersisa dari bekas kejayaan Kerajaan Ayutthaya.</p>

Kerajaan Thonburi dan Rattanakosin
Setelah runtuhnya Kerajaan Ayutthaya, muncul pahlawan nasional Thailand yang bernama Taksin. Ia adalah seorang jenderal yang berhasil mengumpulkan sisa-sisa pasukan Thailand dan mengusir pasukan Burma dari wilayah Thailand. Ia kemudian mendirikan Kerajaan Thonburi pada tahun 1768 M dengan menjadikan kota Thonburi sebagai ibu kota. Ia juga menyatukan kembali wilayah Thailand yang sempat terpecah-pecah akibat invasi Burma.

Taksin memerintah sebagai raja selama 15 tahun. Ia berusaha memulihkan keadaan negara yang hancur akibat perang. Ia juga memperkuat hubungan dengan negara-negara lain, terutama China. Namun, ia akhirnya digulingkan oleh para pejabatnya sendiri pada tahun 1782 M karena dianggap gila dan tidak layak memerintah.

Setelah Taksin digulingkan, salah satu jenderalnya yang bernama Chakri naik tahta sebagai Raja Rama I. Ia mendirikan Kerajaan Rattanakosin dan memindahkan ibu kota dari Thonburi ke Bangkok. Ia juga membangun Istana Agung dan kuil-kuil penting di Bangkok. Ia melanjutkan usaha Taksin untuk mengembalikan kejayaan Thailand dan melawan ancaman dari Burma.

Kerajaan Rattanakosin berlanjut hingga sekarang dengan dinasti Chakri sebagai penguasanya. Dinasti Chakri telah menghasilkan 10 raja hingga saat ini, yaitu Rama I hingga Rama X. Mereka telah membawa Thailand melewati berbagai perubahan sejarah, seperti modernisasi, kolonialisme, demokratisasi, nasionalisme, komunisme, globalisasi, dan krisis politik.

Masa Modern
Masa modern Thailand dimulai pada abad ke-19 M, ketika Thailand menghadapi tekanan dari negara-negara Barat yang ingin menjajah wilayah Asia Tenggara. Thailand berhasil mempertahankan kemerdekaannya dengan melakukan reformasi politik dan sosial di bawah pemerintahan Rama IV (Mongkut) dan Rama V (Chulalongkorn). Mereka membuka hubungan diplomatik dan perdagangan dengan negara-negara Barat, menghapus perbudakan, memodernisasi sistem pendidikan, hukum, militer, transportasi, komunikasi, dan administrasi.

Sejarah Negara Filipina

Sejarah Filipina adalah sejarah yang panjang dan beragam dari kepulauan yang sekarang menjadi negara Filipina. Sejarah ini dapat dibagi menjadi beberapa periode, yaitu
Prasejarah (pra-900), yang mencakup masa kedatangan manusia pertama di kepulauan ini hingga munculnya kerajaan-kerajaan maritim.

Periode klasik (900-1565), yang mencakup perkembangan politik, sosial, budaya, dan agama dari berbagai kerajaan, konfederasi, dan kesultanan di Filipina.

Penjajahan Spanyol (1565-1898), yang mencakup masa penaklukan, kolonisasi, dan evangelisasi Spanyol di Filipina, serta perlawanan dan revolusi dari rakyat Filipina.

Penjajahan Amerika (1898-1946), yang mencakup masa perang, pemerintahan, dan modernisasi Amerika di Filipina, serta gerakan nasionalisme dan kemerdekaan dari rakyat Filipina.

Prasejarah
Prasejarah Filipina dimulai dengan kedatangan manusia pertama di kepulauan ini sekitar 30.000 tahun yang lalu melalui jembatan darat dari Asia Tenggara. Manusia-manusia ini dikenal sebagai suku Negrito, yang memiliki ciri-ciri fisik berkulit gelap, rambut keriting, dan tubuh kecil. Mereka hidup sebagai pemburu dan pengumpul makanan di hutan-hutan tropis.

Kemudian, sekitar 3000 SM, datanglah gelombang migrasi kedua dari Asia Tenggara yang membawa budaya Austronesia. Orang-orang Austronesia ini memiliki ciri-ciri fisik berkulit sawo matang, rambut lurus atau bergelombang, dan tubuh sedang. Mereka membawa dengan mereka pengetahuan tentang bercocok tanam, beternak, menenun, membuat perahu, dan berdagang. Mereka juga membawa dengan mereka bahasa-bahasa Austronesia yang menjadi dasar dari bahasa-bahasa Filipina modern.

Orang-orang Austronesia ini menyebar ke seluruh kepulauan Filipina dan membentuk berbagai kelompok etnis dengan budaya dan tradisi yang berbeda-beda. Beberapa kelompok etnis yang terkenal adalah Tagalog, Ilokano, Bisaya, Bicolano, Kapampangan, Pangasinan, Maranao, Maguindanao, Tausug, Ifugao, Igorot, dan lain-lain.

Kerajaan-kerajaan maritim
Pada abad ke-10 hingga ke-13 Masehi, beberapa kelompok etnis di Filipina mulai mengembangkan sistem politik yang lebih kompleks dan terorganisir. Mereka membentuk kerajaan-kerajaan maritim yang menguasai wilayah-wilayah pesisir dan pulau-pulau strategis. Kerajaan-kerajaan ini memiliki hubungan perdagangan dan diplomasi dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara dan Timur seperti Tiongkok, India, Jepang, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Beberapa kerajaan maritim yang terkenal adalah
Kerajaan Tondo (abad ke-10 hingga ke-16), yang menguasai wilayah Manila Bay di pulau Luzon. Kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangan dan budaya di Filipina utara.
Kerajaan Butuan (abad ke-10 hingga ke-13), yang menguasai wilayah Teluk Butuan di

<p>pulau Mindanao. Kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangan dan budaya di Filipina selatan.</li>
<li>Kerajaan Cebu (abad ke-13 hingga ke-16), yang menguasai wilayah pulau Cebu dan sekitarnya. Kerajaan ini dikenal sebagai salah satu kerajaan yang pertama kali berhubungan dengan penjelajah Eropa, yaitu Ferdinand Magellan pada tahun 1521.

Penjajahan Spanyol
Penjajahan Spanyol di Filipina dimulai dengan kedatangan ekspedisi Miguel López de Legazpi pada tahun 1565, yang mendirikan pemukiman San Miguel di pulau Cebu. Legazpi kemudian bergerak ke utara, mencapai teluk Manila di pulau Luzon pada tahun 1571. Di Manila, ia mendirikan kota baru dan dengan demikian memulai era penjajahan imperium Spanyol, yang berlangsung lebih dari tiga abad.

Pemerintahan Spanyol berusaha mencapai penyatuan politik seluruh kepulauan, yang sebelumnya terdiri atas berbagai kerajaan dan komunitas merdeka, tetapi tidak berhasil. Beberapa kerajaan dan kesultanan, terutama di Mindanao dan Sulu, menolak untuk tunduk kepada Spanyol dan terus berperang melawan penjajah. Spanyol juga menghadapi perlawanan dari rakyat Filipina yang tidak puas dengan sistem pemerintahan, pajak, korupsi, dan penindasan yang dilakukan oleh para pejabat dan rohaniwan Spanyol.

Selain itu, Spanyol juga memperkenalkan agama Katolik Roma di Filipina, yang menjadi agama mayoritas hingga saat ini. Spanyol mengirimkan para misionaris untuk mengkristenkan rakyat Filipina, yang sebagian besar menganut agama Hindu, Buddha, atau Animisme. Proses pengkristenan ini tidak selalu berjalan mulus, karena ada pula rakyat Filipina yang menentang atau mempertahankan kepercayaan asli mereka.

Revolusi Filipina
Revolusi Filipina adalah perjuangan rakyat Filipina untuk memerdekakan diri dari penjajahan Spanyol pada akhir abad ke-19. Revolusi ini dipicu oleh berbagai faktor, seperti kesenjangan sosial antara kelas atas (yang terdiri dari orang-orang Spanyol dan mestizo) dan kelas bawah (yang terdiri dari orang-orang pribumi dan Tionghoa), ketidakadilan hukum, diskriminasi rasial, eksploitasi ekonomi, dan pengaruh ide-ide nasionalisme dan liberalisme dari Eropa.

Revolusi ini dimulai dengan pendirian Katipunan, sebuah organisasi rahasia yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Spanyol melalui pemberontakan bersenjata. Pada tanggal 23 Agustus 1896, Katipunan memulai pemberontakan di Manila dan sekitarnya. Pemberontakan ini kemudian menyebar ke seluruh kepulauan. Salah satu pemimpin revolusi yang paling terkenal adalah José Rizal, seorang dokter, penulis, dan nasionalis yang dieksekusi oleh Spanyol pada tanggal 30 Desember 1896 karena dianggap sebagai penghasut.

Pada tanggal 12 Juni 1898, Emilio Aguinaldo, seorang jenderal revolusioner yang kembali dari pengasingan di Hong Kong dengan bantuan Amerika Serikat.

Sejarah Negara Korea

Korea adalah sebuah semenanjung di Asia Timur yang terletak di antara Cina dan Jepang. Korea memiliki sejarah yang panjang dan kaya yang mencakup berbagai periode dan dinasti. Berikut ini adalah ringkasan singkat tentang sejarah Korea dari zaman prasejarah hingga masa kini.
Zaman Prasejarah
Zaman prasejarah Korea bermula dari zaman Paleolitik Awal sampai dengan sekarang. Kebudayaan tembikar di Korea dimulai sekitar tahun 8000 SM, dan zaman neolitikum dimulai sebelum 6000 SM yang diikuti oleh zaman perunggu sekitar tahun 2500 SM¹. Pada zaman ini, orang-orang Korea hidup sebagai pemburu, pengumpul, dan petani yang mengembangkan alat-alat batu, tembikar, dan logam.

Zaman Kuno
Zaman kuno Korea dimulai dengan berdirinya Kerajaan Gojoseon pada tahun 2333 SM oleh Dangun Wanggeom. Gojoseon adalah kerajaan pertama di Korea yang memiliki sistem politik dan budaya yang terorganisir. Gojoseon bertahan hingga tahun 108 SM, ketika ditaklukkan oleh Dinasti Han dari Cina.
Setelah runtuhnya Gojoseon, Korea terbagi menjadi beberapa negara kecil yang saling bersaing. Pada abad ke-3 SM, muncul Tiga Kerajaan Korea, yaitu Goguryeo, Baekje, dan Silla. Tiga kerajaan ini mengalami perkembangan dalam bidang militer, ekonomi, budaya, dan agama. Goguryeo dan Baekje adalah dua kerajaan yang terkuat, terutama Goguryeo, yang sering menangkis serangan-serangan dari Dinasti-dinasti Cina. Silla, yang awalnya merupakan kerajaan terlemah, perlahan-lahan menjadi kuat dengan bantuan dari Dinasti Tang dari Cina.

Zaman Negara Utara-Selatan
Zaman negara utara-selatan Korea dimulai pada tahun 676 M, ketika Silla berhasil menaklukkan Goguryeo dan Baekje dengan bantuan dari Dinasti Tang. Untuk pertama kalinya, Semenanjung Korea berhasil disatukan oleh Silla menjadi Silla Bersatu¹. Silla Bersatu mengalami kemajuan dalam bidang seni, sastra, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Namun, Silla Bersatu juga menghadapi tantangan dari pemberontakan internal dan ancaman eksternal.Di sisi timur laut semenanjung Korea, para pelarian Goguryeo yang selamat mendirikan sebuah kerajaan lain, yaitu Balhae¹. Balhae menguasai wilayah Manchuria dan Siberia Timur yang pernah dikuasai oleh Goguryeo. Balhae juga mengembangkan budaya dan diplomasi yang berkembang pesat.

Zaman Dinasti Bersatu
Zaman dinasti bersatu Korea dimulai pada tahun 918 M, ketika Wang Geon mendirikan Dinasti Goryeo setelah menumbangkan Silla Bersatu¹. Goryeo adalah dinasti yang memberikan nama Korea modern. Goryeo dikenal sebagai dinasti yang memelihara agama Buddha sebagai agama resmi dan menciptakan Tripitaka Koreana, yaitu koleksi kitab suci Buddha terbesar di dunia. Goryeo juga menciptakan abjad Hangeul sebagai sistem penulisan bahasa Korea.

Goryeo menghadapi berbagai invasi dari bangsa-bangsa asing, seperti Khitan, Mongol, Jurchen, dan Jepang. Meskipun berhasil bert

Zaman Dinasti Bersatu
Pada tahun 1392, Taejo dari Joseon mendirikan Dinasti Joseon setelah menumbangkan Goryeo. Raja Sejong (1418-1450) mengumumkan penciptaan abjad Hangeul sebagai sistem penulisan bahasa Korea. Antara 1592 – 1598, dalam Perang Imjin, Jepang menginvasi Semenanjung Korea, tetapi dapat dipatahkan oleh prajurit pimpinan Admiral Yi Sun-shin.

Lalu pada tahun 1620 -an sampai 1630 -an Dinasti Joseon kembali menderita serangan dari Dinasti Qing dari Cina. Pada awal tahun 1870 -an, Jepang kembali berusaha merebut Korea yang berada dalam pengaruh Cina. Pada tahun 1895 Maharani Myeongseong dibunuh oleh mata-mata Jepang. Pada tahun 1905, Jepang memaksa Korea untuk menandatangani Perjanjian Eulsa yang menjadikan Korea sebagai protektorat Jepang, lalu pada 1910 Jepang mulai menjajah Korea. Perjuangan rakyat Korea terhadap penjajahan Jepang dimanifestasikan dalam Pergerakan 1 Maret dengan tanpa kekerasan.

Pergerakan kemerdekaan Korea yang dilakukan Pemerintahan Provisional Republik Korea lebih banyak aktif di luar Korea seperti di Manchuria, Cina dan Siberia¹. Dengan menyerahnya Jepang pada tahun 1945, PBB membuat rencana administrasi bersama Uni Soviet dan Amerika Serikat, namun rencana tersebut tidak terlaksana. Hal ini mengakibatkan pembentukan pemerintahan yang terpisah dengan masing-masing pemerintah mengklaim memiliki wilayah resmi atas seluruh Korea.

Kesimpulan
Sejarah Korea adalah sejarah yang penuh dengan dinamika dan perubahan. Dari zaman prasejarah hingga zaman dinasti bersatu, Korea mengalami berbagai perkembangan dan tantangan dalam bidang politik, ekonomi, budaya, dan agama. Korea juga menghadapi berbagai invasi dan penjajahan dari bangsa-bangsa asing, seperti Cina, Mongol, Jurchen, dan Jepang. Namun, Korea juga memiliki warisan budaya dan kebudayaan yang kaya dan unik yang terus dipertahankan hingga kini.