Sejarah Negara Myanmar

Myanmar adalah sebuah negara yang terletak di Asia Tenggara, yang berbatasan dengan Bangladesh, India, Cina, Laos, dan Thailand. Myanmar memiliki sejarah yang panjang dan kompleks, yang dipengaruhi oleh berbagai kebudayaan, agama, dan kekuatan politik. Myanmar juga mengalami berbagai perubahan dan tantangan, seperti kolonialisme, nasionalisme, kudeta militer, demokratisasi, dan konflik etnis.

Berikut ini adalah ringkasan sejarah Myanmar dari zaman kuno hingga kontemporer.

Zaman Kuno
Zaman kuno Myanmar berlangsung dari sekitar abad ke-3 SM hingga abad ke-13 M. Pada zaman ini, Myanmar merupakan bagian dari berbagai kerajaan dan kekaisaran yang berasal dari India, Cina, dan Asia Tengah.

Kerajaan Pyu
Kerajaan Pyu adalah salah satu kerajaan tertua di Myanmar, yang berdiri dari sekitar abad ke-2 SM hingga abad ke-9 M. Kerajaan ini terdiri dari sejumlah negara kota yang tersebar di lembah sungai Irrawaddy dan Chindwin. Kerajaan Pyu menganut agama Buddha dan memiliki hubungan dagang dengan India dan Cina. Kerajaan ini juga dikenal karena seni dan arsitekturnya yang indah, seperti stupa-stupa besar dan patung-patung Buddha.

Kerajaan Mon
Kerajaan Mon adalah salah satu kerajaan paling berpengaruh di Myanmar, yang berdiri dari sekitar abad ke-6 hingga abad ke-16 M. Kerajaan ini didirikan oleh orang-orang Mon, suku bangsa penutur bahasa Austroasiatik yang bermigrasi dari Asia Tenggara daratan. Kerajaan Mon menganut agama Buddha Theravada dan memiliki hubungan budaya dengan Sri Lanka. Kerajaan ini juga dikenal karena kontribusinya dalam bidang sastra, seni, dan arsitektur Buddha, seperti kitab-kitab Pali dan candi-candi megah.

Kerajaan Bagan
Kerajaan Bagan adalah salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Myanmar, yang berdiri dari sekitar abad ke-9 hingga abad ke-13 M. Kerajaan ini didirikan oleh orang-orang Bamar, suku bangsa penutur bahasa Tibeto-Birma yang bermigrasi dari Tibet dan Yunnan. Kerajaan Bagan menganut agama Buddha Mahayana dan Tantrayana, serta memperkenalkan aksara Birma yang digunakan hingga sekarang. Kerajaan ini juga dikenal karena kemegahan dan keindahan arsitekturnya, seperti ribuan pagoda dan candi yang tersebar di dataran Bagan.

Zaman Kolonial
Zaman kolonial Myanmar berlangsung dari sekitar abad ke-16 hingga abad ke-20 M. Pada zaman ini, Myanmar menjadi bagian dari kekaisaran kolonial Portugis, Prancis, Belanda, dan Inggris.

Kolonisasi Eropa
Kolonisasi Eropa di Myanmar dimulai pada abad ke-16, ketika pedagang-pedagang Portugis mulai datang ke pantai barat Myanmar. Beberapa pedagang Portugis menjadi tentara bayaran bagi raja-raja Myanmar atau Arakan (sekarang Rakhine), seperti Filipe de Brito e Nicote yang menguasai Thanlyin (sekarang Syriam) pada tahun 1600. Pada abad ke-17

sekitar abad ke-17, pedagang-pedagang Prancis dan Belanda juga mulai berdagang dengan Myanmar, dan mendirikan pos-pos dagang di beberapa pelabuhan. Namun, pengaruh Eropa di Myanmar tidak sebesar di negara-negara tetangganya, seperti India dan Indonesia.

Kolonisasi Inggris
Kolonisasi Inggris di Myanmar dimulai pada abad ke-19, ketika Inggris menguasai Myanmar setelah tiga kali perang dengan raja-raja wangsa Konbaung. Perang Inggris-Birma pertama (1824-1826) berakhir dengan penyerahan wilayah Arakan dan Tanintharyi kepada Inggris. Perang Inggris-Birma kedua (1852-1853) berakhir dengan penyerahan wilayah Pegu (sekarang Bago) kepada Inggris. Perang Inggris-Birma ketiga (1885-1886) berakhir dengan penyerahan seluruh wilayah Myanmar kepada Inggris.

Inggris menjadikan Myanmar sebagai provinsi India Britania, dan mengubah nama ibu kotanya dari Rangoon menjadi Yangon. Inggris juga memperkenalkan sistem pemerintahan, hukum, pendidikan, ekonomi, dan infrastruktur yang berbeda dari yang ada sebelumnya. Inggris juga mempromosikan imigrasi orang-orang India dan Cina ke Myanmar, yang menyebabkan perubahan demografis dan sosial yang signifikan.

Kolonisasi Inggris menimbulkan ketidakpuasan dan perlawanan dari rakyat Myanmar, yang merasa terpinggirkan dan dieksploitasi oleh penguasa asing. Beberapa pemberontakan bersenjata terjadi di berbagai daerah, seperti Pemberontakan Saya San (1930-1932) dan Pemberontakan Pegu Yoma (1936-1939). Selain itu, gerakan nasionalisme Myanmar juga berkembang di kalangan kaum intelektual dan politik, yang menuntut otonomi dan kemerdekaan dari Inggris.

Zaman Kemerdekaan
Zaman kemerdekaan Myanmar berlangsung dari sekitar 1948 hingga sekarang. Pada zaman ini, Myanmar memisahkan diri dari India Britania dan menjadi negara merdeka setelah mengalami perjuangan dan penderitaan yang berat.

Perjuangan Kemerdekaan Myanmar
Perjuangan kemerdekaan Myanmar dimulai pada masa Perang Dunia II, ketika Jepang menyerbu dan menduduki Myanmar pada tahun 1942. Awalnya, sebagian besar rakyat Myanmar menyambut kedatangan Jepang sebagai pembebas dari penjajahan Inggris. Beberapa pemimpin nasionalis Myanmar, seperti Aung San dan Ne Win, bekerja sama dengan Jepang untuk membentuk Tentara Kemerdekaan Burma (BIA) dan Negara Burma (1943-1945), yang merupakan negara boneka Jepang.

Namun, seiring berjalannya waktu, rakyat Myanmar menyadari bahwa Jepang tidak lebih baik dari Inggris dalam hal penindasan dan eksploitasi. Jepang juga melakukan berbagai kekejaman terhadap rakyat Myanmar, seperti pembunuhan massal, pemerkosaan, kerja paksa, dan penyiksaan. Akibatnya, banyak rakyat Myanmar yang berbalik melawan Jepang dan bergabung dengan pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Inggris untuk membebaskan Myanmar dari cengkeraman Jepang.

Pada tahun 1945, pasukan Sekutu berhasil mengusir Jepang dari Myanmar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *