Tag Archives: sejarah awal mula negara filipina

Sejarah Negara Filipina

Sejarah Filipina adalah sejarah yang panjang dan beragam dari kepulauan yang sekarang menjadi negara Filipina. Sejarah ini dapat dibagi menjadi beberapa periode, yaitu
Prasejarah (pra-900), yang mencakup masa kedatangan manusia pertama di kepulauan ini hingga munculnya kerajaan-kerajaan maritim.

Periode klasik (900-1565), yang mencakup perkembangan politik, sosial, budaya, dan agama dari berbagai kerajaan, konfederasi, dan kesultanan di Filipina.

Penjajahan Spanyol (1565-1898), yang mencakup masa penaklukan, kolonisasi, dan evangelisasi Spanyol di Filipina, serta perlawanan dan revolusi dari rakyat Filipina.

Penjajahan Amerika (1898-1946), yang mencakup masa perang, pemerintahan, dan modernisasi Amerika di Filipina, serta gerakan nasionalisme dan kemerdekaan dari rakyat Filipina.

Prasejarah
Prasejarah Filipina dimulai dengan kedatangan manusia pertama di kepulauan ini sekitar 30.000 tahun yang lalu melalui jembatan darat dari Asia Tenggara. Manusia-manusia ini dikenal sebagai suku Negrito, yang memiliki ciri-ciri fisik berkulit gelap, rambut keriting, dan tubuh kecil. Mereka hidup sebagai pemburu dan pengumpul makanan di hutan-hutan tropis.

Kemudian, sekitar 3000 SM, datanglah gelombang migrasi kedua dari Asia Tenggara yang membawa budaya Austronesia. Orang-orang Austronesia ini memiliki ciri-ciri fisik berkulit sawo matang, rambut lurus atau bergelombang, dan tubuh sedang. Mereka membawa dengan mereka pengetahuan tentang bercocok tanam, beternak, menenun, membuat perahu, dan berdagang. Mereka juga membawa dengan mereka bahasa-bahasa Austronesia yang menjadi dasar dari bahasa-bahasa Filipina modern.

Orang-orang Austronesia ini menyebar ke seluruh kepulauan Filipina dan membentuk berbagai kelompok etnis dengan budaya dan tradisi yang berbeda-beda. Beberapa kelompok etnis yang terkenal adalah Tagalog, Ilokano, Bisaya, Bicolano, Kapampangan, Pangasinan, Maranao, Maguindanao, Tausug, Ifugao, Igorot, dan lain-lain.

Kerajaan-kerajaan maritim
Pada abad ke-10 hingga ke-13 Masehi, beberapa kelompok etnis di Filipina mulai mengembangkan sistem politik yang lebih kompleks dan terorganisir. Mereka membentuk kerajaan-kerajaan maritim yang menguasai wilayah-wilayah pesisir dan pulau-pulau strategis. Kerajaan-kerajaan ini memiliki hubungan perdagangan dan diplomasi dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara dan Timur seperti Tiongkok, India, Jepang, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Beberapa kerajaan maritim yang terkenal adalah
Kerajaan Tondo (abad ke-10 hingga ke-16), yang menguasai wilayah Manila Bay di pulau Luzon. Kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangan dan budaya di Filipina utara.
Kerajaan Butuan (abad ke-10 hingga ke-13), yang menguasai wilayah Teluk Butuan di

<p>pulau Mindanao. Kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangan dan budaya di Filipina selatan.</li>
<li>Kerajaan Cebu (abad ke-13 hingga ke-16), yang menguasai wilayah pulau Cebu dan sekitarnya. Kerajaan ini dikenal sebagai salah satu kerajaan yang pertama kali berhubungan dengan penjelajah Eropa, yaitu Ferdinand Magellan pada tahun 1521.

Penjajahan Spanyol
Penjajahan Spanyol di Filipina dimulai dengan kedatangan ekspedisi Miguel López de Legazpi pada tahun 1565, yang mendirikan pemukiman San Miguel di pulau Cebu. Legazpi kemudian bergerak ke utara, mencapai teluk Manila di pulau Luzon pada tahun 1571. Di Manila, ia mendirikan kota baru dan dengan demikian memulai era penjajahan imperium Spanyol, yang berlangsung lebih dari tiga abad.

Pemerintahan Spanyol berusaha mencapai penyatuan politik seluruh kepulauan, yang sebelumnya terdiri atas berbagai kerajaan dan komunitas merdeka, tetapi tidak berhasil. Beberapa kerajaan dan kesultanan, terutama di Mindanao dan Sulu, menolak untuk tunduk kepada Spanyol dan terus berperang melawan penjajah. Spanyol juga menghadapi perlawanan dari rakyat Filipina yang tidak puas dengan sistem pemerintahan, pajak, korupsi, dan penindasan yang dilakukan oleh para pejabat dan rohaniwan Spanyol.

Selain itu, Spanyol juga memperkenalkan agama Katolik Roma di Filipina, yang menjadi agama mayoritas hingga saat ini. Spanyol mengirimkan para misionaris untuk mengkristenkan rakyat Filipina, yang sebagian besar menganut agama Hindu, Buddha, atau Animisme. Proses pengkristenan ini tidak selalu berjalan mulus, karena ada pula rakyat Filipina yang menentang atau mempertahankan kepercayaan asli mereka.

Revolusi Filipina
Revolusi Filipina adalah perjuangan rakyat Filipina untuk memerdekakan diri dari penjajahan Spanyol pada akhir abad ke-19. Revolusi ini dipicu oleh berbagai faktor, seperti kesenjangan sosial antara kelas atas (yang terdiri dari orang-orang Spanyol dan mestizo) dan kelas bawah (yang terdiri dari orang-orang pribumi dan Tionghoa), ketidakadilan hukum, diskriminasi rasial, eksploitasi ekonomi, dan pengaruh ide-ide nasionalisme dan liberalisme dari Eropa.

Revolusi ini dimulai dengan pendirian Katipunan, sebuah organisasi rahasia yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Spanyol melalui pemberontakan bersenjata. Pada tanggal 23 Agustus 1896, Katipunan memulai pemberontakan di Manila dan sekitarnya. Pemberontakan ini kemudian menyebar ke seluruh kepulauan. Salah satu pemimpin revolusi yang paling terkenal adalah José Rizal, seorang dokter, penulis, dan nasionalis yang dieksekusi oleh Spanyol pada tanggal 30 Desember 1896 karena dianggap sebagai penghasut.

Pada tanggal 12 Juni 1898, Emilio Aguinaldo, seorang jenderal revolusioner yang kembali dari pengasingan di Hong Kong dengan bantuan Amerika Serikat.