Irak adalah sebuah negara yang terletak di kawasan Timur Tengah, yang memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Irak dikenal sebagai tempat awal peradaban manusia, yang disebut sebagai Mesopotamia, atau “Negeri yang diapit-apit sungai”. Irak juga pernah menjadi bagian dari beberapa kekaisaran besar, seperti Babilonia, Asyur, Persia, Utsmaniyah, dan Inggris. Irak merdeka sebagai sebuah negara baru pada akhir Perang Dunia I, tetapi mengalami berbagai konflik dan krisis politik, sosial, dan ekonomi sejak saat itu. Irak juga terlibat dalam beberapa perang dengan negara-negara tetangga dan Barat, seperti Perang Iran-Irak, Perang Teluk I dan II, dan Perang Irak. Saat ini, Irak berusaha untuk membangun kembali negaranya setelah menghadapi kekerasan sektarian, terorisme, korupsi, dan ketidakstabilan.
Sejarah Kuno
Sejarah kuno Irak dimulai sejak lebih dari 8.000 tahun yang lalu di sebuah wilayah yang dikenal sebagai “Bulan Sabit Subur” (Fertile Crescent), yang merupakan tempat lahirnya peradaban Sumeria, Akkadia, Babilonia, dan Asyur. Wilayah ini merupakan daerah yang subur dan kaya akan sumber daya alam, terutama air dari sungai-sungai Eufrat dan Tigris. Di wilayah ini, manusia pertama kali menemukan penulisan, matematika, astronomi, hukum, agama, seni, arsitektur, dan banyak hal lainnya. Beberapa situs bersejarah yang terkenal di wilayah ini adalah Uruk, Ur, Nippur, Babilon, Niniveh, dan Takht-e Jamshid.
Irak juga pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Persia yang didirikan oleh Cyrus Agung pada abad ke-6 SM. Kekaisaran Persia mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Darius I dan Xerxes I, yang memerintah dari India hingga Yunani. Kekaisaran Persia dikenal sebagai salah satu kekaisaran terbesar dan tercanggih di dunia kuno, dengan sistem administrasi, jalan raya, pos, mata uang, dan toleransi agama yang baik. Kekaisaran Persia runtuh setelah ditaklukkan oleh Aleksander Agung pada abad ke-4 SM.
Kesultanan Utsmaniyah
Sejarah modern Irak dimulai dengan kedatangan Islam pada abad ke-7 M. Islam dibawa oleh pasukan Arab yang menaklukkan wilayah Persia dan Mesopotamia. Islam menjadi agama mayoritas di wilayah ini, meskipun ada juga kelompok-kelompok minoritas seperti Kristen, Yahudi, Yazidi, Mandean, dan Zoroaster. Wilayah ini kemudian menjadi bagian dari berbagai dinasti Islam seperti Umayyah, Abbasiyah, Buyiyah, Seljuk,
Irak Merdeka
Irak merdeka sebagai sebuah negara baru pada akhir Perang Dunia I, setelah Kesultanan Utsmaniyah runtuh dan wilayahnya dibagi-bagi oleh Inggris dan Prancis berdasarkan Perjanjian Sykes-Picot. Irak menjadi bagian dari Mandat Inggris, yang berusaha untuk mengendalikan sumber daya minyak di wilayah tersebut. Irak mengalami beberapa pemberontakan melawan penjajahan Inggris, yang dipimpin oleh tokoh-tokoh nasionalis dan agamis seperti Syekh Mahmud Barzanji, Syekh Muhammad al-Sadr, dan Faysal bin Husain. Pada tahun 1921, Inggris menunjuk Faysal sebagai raja Irak, yang merupakan anggota dari Dinasti Hasyimiyah yang berasal dari Hijaz. Faysal berusaha untuk menyatukan berbagai kelompok etnis dan agama di Irak, seperti Arab Sunni, Arab Syiah, Kurdi, Turkmen, Asyur, dan Yahudi. Pada tahun 1932, Irak diberikan kemerdekaan penuh oleh Liga Bangsa-Bangsa, tetapi masih berada di bawah pengaruh Inggris.
Republik Irak
Republik Irak didirikan pada tahun 1958, setelah terjadi kudeta militer yang dipimpin oleh Jenderal Abdul Karim Qasim, yang menggulingkan Raja Faysal II dan mengakhiri monarki di Irak. Qasim memproklamirkan dirinya sebagai perdana menteri dan kepala negara, dan mengadopsi konstitusi baru yang bersifat sosialis dan nasionalis. Qasim juga menolak untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Sentral (CENTO) dan Pakta Baghdad, yang merupakan aliansi militer pro-Barat yang melawan komunisme. Qasim juga mendekati Uni Soviet dan Partai Komunis Irak, yang membuatnya bertentangan dengan negara-negara Arab lainnya seperti Mesir dan Suriah. Qasim juga menghadapi tantangan dari kelompok-kelompok oposisi seperti Partai Baath Arab Sosialis, Partai Demokrat Kurdi, dan Partai Nasionalis Arab.
Pada tahun 1963, Qasim digulingkan dan dibunuh dalam kudeta militer yang dipimpin oleh Partai Baath, yang merupakan partai politik yang berideologi sosialis Arab, pan-Arabisme, dan sekulerisme. Partai Baath mengambil alih kekuasaan di bawah pimpinan Ahmed Hasan al-Bakr sebagai presiden dan Saddam Hussein sebagai wakil presiden. Partai Baath berusaha untuk memodernisasi Irak dengan melakukan reformasi agraria, industrialisasi, nasionalisasi minyak, sekularisasi pendidikan, dan pemberantasan buta huruf. Partai Baath juga berusaha untuk menyatukan dunia Arab dengan mendukung gerakan-gerakan nasionalis seperti Palestina, Yaman Selatan, dan Oman. Partai Baath juga berkonflik dengan Iran, Israel, Kuwait, dan Amerika Serikat dalam berbagai isu seperti perbatasan,